Monday, January 21, 2008

Resolusimu, harimaumu...

Tak terasa kita sudah memasuki tahun baru lagi; lembaran baru untuk meneruskan cerita kita, tentu saja dengan harapan lakon yang kita jalankan akan menjadi lebih baik -Amin, kalau di kenduri-kenduri-

Apa saja yang sudah kita lakukan selama itu? Apakah kita telah memenuhi semua resolusi yang kita buat di awal tahun lalu? Terus terang saya sendiri juga rada lupa apa saja yang telah saya janjikan ke diri sendiri waktu itu. Mengurangi rokok? Sepertinya nggak juga, tumpukan puntung makin seperti tumpeng di meja saya. Mulai olah raga? Yah, saya lebih intens main Playstation sih, membuat jemari saya semakin seterek dan lincah. Tapi kebanyakan bilang itu bukan olah raga. Ah, tapi saya bisa berargumen main video games sudah masuk ke Star Sport, lah pastinya sudah dianggap sport kan? -sama seperti bilyar dan SEA Games- Mungkin yang saya lumayan jalankan adalah mengurangi minum alkohol... dulu sepertinya berbotol-botol bisa nangkring di lemari kantor, sekarang mungkin cuma ada satu dan itu pun tidak penuh dan saya agak malas menambah stok.

Lebih dekat ke yang di atas? Yah, saya selalu berusaha untuk berkomunikasi denganNya, dengan bahasa saya sendiri dan entah kenapa, itu membuat saya lebih nyaman daripada menuturkan ayat-ayat yang terus terang saya kurang paham. Tapi suatu hari saya akan lebih mendalaminya. Untuk sementara, saya merasa lebih dekat ke Dia daripada tahun sebelumnya, dan itu yang penting buat saya.

Kembali ke topik, tahun baru selalu membuat kita mengeluarkan janji-janji muluk ke diri kita sendiri. Sebuah daftar tiba-tiba terpajang dengan manis di kepala kita, lengkap dengan segala optimisme dan tekad yang membara -halah-. Sebulan pertama kita berusaha memenuhinya, dengan cara apa pun, tergantung bentuk resolusinya. Ada yang tiba-tiba mendaftarkan diri ke fitness center kondang, ada yang mulai mengumpulkan sen demi sen untuk liburan ke Maldives atau ada yang mulai buka-buka buku bisnis UKM. Hebat tenan.

Tapi ya kok di bulan ketiga atau keempat semangatnya mulai pudar. Tekad mulai tertutupi jutaan lapis alasan. Ya kantor lah, ya anak lah, ya keluarga lah, ya duit lah -katanya nabuuung-, pokoknya macam-macam lah.

Pas akhir tahun, ketika ditanya "Katanya mau jalan-jalan ke Maldives?". Jawabannya enteng, "Ya abisnya gua waktu itu gak ada duit, gak cukup laah...", sambil geleng-geleng. "Gak punya duit kok belanja berjut-jut di sales Tujuh Belasan kemaren?". "Yaaa, laper mata gua..."

Lah kok™?

Padahal belanjaan yang bertumpuk-tumpuk itu minimal cukup buat tiket pulang pergi ke Maldives.

Kita memang manusia biasa, yang diberi anugrah untuk memilih. Tapi saya kok tidak bisa melihat logikanya mengkesampingkan niat yang begitu dalam di awal tahun demi belanja?

Atau jangan-jangan dia cuma asbun waktu itu? Biar dibilang keren sama teman-temannya sehingga keluarlah tempat itu dari mulutnya? Wallahualam lah, saya tidak mau berprasangka.

Tahun ini saya dan teman-teman membuat sebuah pakta untuk resolusi kami. Apabila gagal, maka akan dikenakan hukuman di pesta tahun baru 2008-2009.

Resolusi saya adalah membuat sebuah blog baru yang secara konsisten akan saya isi dan menulis sebuah novel. Blog memang sudah direncanakan dari dulu setelah kenyang disindir Pakde Totot dan novel memang adalah sesuatu yang saya ingin ciptakan dari dulu.

Kalau sampai gagal? Rambut saya akan dicatok di malam tahun baru nanti... hualadalah.

Tapi resolusi ini bukan harimau buat saya, lebih mirip kucing manis. Selama saya telaten, pasti bisa.

Mau tahu resolusi harimau?

Sepupu saya berjanji menurunkan berat badan 20 kilo plus membuat tato.